The Future Is Certainty

The Future Is Certainty

Selasa, 22 Maret 2011

Cabang Ilmu Geoteknik


Mekanika tanah

Mekanika tanah adalah bagian dari geoteknik yang merupakan salah satu cabang dari ilmu teknik sipil, dalam bahasa Inggris mekanika tanah berarti soil mechanics atau soil engineering dan Bodenmechanik dalam bahasa Jerman.
Istilah mekanika tanah diberikan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1925 melalui bukunya "Erdbaumechanik auf bodenphysikalicher Grundlage" (Mekanika Tanah berdasar pada Sifat-Sifat Dasar Fisik Tanah), yang membahas prinsip-prinsip dasar dari ilmu mekanika tanah modern, dan menjadi dasar studi-studi lanjutan ilmu ini, sehingga Terzaghi disebut sebagai "Bapak Mekanika Tanah".


Pedologi
Pedologi adalah cabang ilmu tanah yang mempelajari sifat dan ciri tanah serta proses pembentukan tanah. Pedologi berasal dari bahasa Rusia pedologiya, yang dalam bahasa Yunani pedon = tanah. Dalam pedologi dipelajari genesa tanah, morfologi tanah, dan klasifikasi tanah.

Tanah di Indonesia

Klasifikasi tanah di Indonesia yang paling kerap digunakan adalah sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957-1961): Dudal, R., and M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification in Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Namun belakangan ini diganti dengan sistem USDA Soil Taxonomy. Dalam penggunaannya, sistem USDA ini memberikan penjelasan yang jauh lebih mudah dibandingkan sistem klasifikasi lain, sehingga sistem USDA ini biasa disertakan dalam pengklasifikasian tanah selain sistem FAO dan PPT (Pusat Penelitian Tanah). Nama jenis tanah pada klasifikasi ini adalah :
1.     Entisol
2.     Inceptisol
3.     Alfisol
4.     Ultisol
5.     Oxisol
6.     Vertisol
7.     Mollisol
8.     Spodosol
9.     Histosol
10. Andosol
11. Aridisol
12. Gleisol



Cabang-cabang Ilmu Geologi


1.      geoarkeologi
2.      geodesi
3.      geofisika
4.      geofisika reservoir
6.      geokimia
7.      biogeokimia
8.      geokimia isotop
9.      geokronologi
31.  petrologi
40.  geoteknik

Senin, 21 Februari 2011

HUTAN KEDEPAN MAU JADI APA?


Nah, sekarang aku mau ceritakan sedikit ni pada waktu aku melakukan perjalanan study tour ke kota Bontang. Sebenarnya itu adalah perjalanan rutin yg dilakukan oleh sekolah aku SMKN 1 Balikpapan sebelum siswa melakukan PSG (magang) tp ini yg jurusan geologi pertambangan aj loh,hhe. Semua pasti tau kan ap itu PSG, klw gg taw tnya bah google deh.hhe
Oke lanjut. Nah kami mengunjungi perusahaan batubara nmanya PT. Indominco Mandiri.
Waktu diperjalanan sih aku kagum dgn hutan” lebat yg ad disepinggir pengglihatan aku dan udaranya yg masih segar, Wajar lah aku bangga hidup di Indonesia yg ky akan hutan ini.hhhaa
Setelah sampai di TKP(PT.Indominco), aku kaget melihat betapa gundulnya ternyata hutan” dipedalaman sana, tdak seperti yg aku byangkan. Aku tau sih pertambngan itu memang hrus melakukan eksploitasi,klw gg gtu gmna mau bsa diambil batubaranya. Msa mw pke sistem tambang tertutup,kan mahal n lma proses nya. Setelah kami melakukan perjalan ke pit dmna batubara diambil, aku bertnya kepada instruktur yg ad disitu. Ternyata memang setelah batubara itu habis dikeruk,mereka akan melakukan proses penanaman kmbali dengan bibit” tanaman yg sudah dibuat dan struktur tanah nya akan diikembalikan lg seperti awalnya sebelum dilakukan penambangan. Untunglah,pikir aku bgtu.setidaknya tidak memperparah kegundulan hutan. Tetapi,kenapa msh bnyak yg melakukan penebangan hutan tanpa melakukan reboisasi ya??
Sekarang aku mau mendefinisikan apa sih sebenarnya hutan itu dan ap saja manfaaf nya bagi kehidupan manusia??

Hutan berisikan lebih dari skedar kayu lapis untuk diekspor. Hutan juga memuat hasil-hasil seperti buah-buahan,serat,tumbuh-tumbuhan obat untuk kehidupan manusia. Hutan juga sebagai pencegah banjir di musim hujan dan penyimpan air diwaktu musim kemarau. Hutan juga sebagai penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen untuk kita bernapas. Hutan juga memiliki fungsi ekonomi sebagai bahan industri kayu, sebagai penghasil devisa negara dan pembuka lapangan kerja baru. Tetapi, hutan juga punya fungsi ekologi yaitu sebagai habitat berbagai macam ekosistem tumbuh-tumbuhan dan hewan. Juga sebagai sumber kehidupan bagi penduduk lokal yg bergantung kepada hutan. Oleh karena fungsi hutan yang ganda inilah,maka kelompok yg berkepentingan atas hutan pun beraneka ragam. Ada kelompok yg selalu mementingkan hutan dari segi ekonominya saja seperti industri kayu, pertambangan, pemukiman penduduk, dan perdagangan. Dilain pihak, ada kelompok seperti pakar keanekaragaman hayati, pengelola tanaman obat-obatan, penggelola banjir yg memetik manfaat dari hutan yg utuh. Lain lagi dengan kelompok yg mementingkan hutan sbg tempat hunian warga lokal, tempat berburu, bercocok tanam, dan bayak lagi. Hutan memang harus diolah,tetapi harus disesuaikan dengan kemampuannya untuk pembaharuan karena hutan adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui.


             Gambar: Penebangan liar

Dengan banyaknya pihak yang membutukan manfaat dari hutan, maka hutan bebagai sumber    daya alam yang banyak “dikeroyok” oleh berbagai pihak. Saat ini pengelolaan hutan harus dilakukan lebih canggih lagi, yaitu agar meminimalkan kerusakan yg diakibantkannya sedikit mungkin. Penggunaan hutan yang “adil” dan “berkelanjutan”. Ya, karana hutan dapat diperbaharui. Dengan itu pertnyaan yang harus diselesaikan pertama adalah bagaimana penggunaan hutan dapat menyelesaikan kemiskinan bagi negara berkembang seperti negara kita saat ini. Kedua, karena hutan adalah milik bersama, maka harus ada pengelolaan hasil hutan yang merata dan adil oleh semua pihak. Ketiga, hutan tidak hanya berisikan hewan dan tumbuhan-tumbuhan, tetapi masyarakat lokal yang kehadirannya sejak dulu adalah realitas. Mereka kan menggunakan pakaian dari tumbuh-tumbuhan dan berburu dari hewan setempat. Oleh karena itu kepentingan penduduk lokal akan hutan harus diperhatikan.

Kedepan, dengan kebutuhan ekonomi dunia akan hutan,maka perlu diterapkan kebijakan berdagangan yg berwawasan lingkungan. Baik pemerintah maupun masyarakat harus turut serta dalam pengelolaan hutan yg berwawasan lingkungan. Penduduk dunia diperkirakan naik populasinya dipertengahan abad ke-21 ini. Pola konsumsi penduduk dunia yang semakin meningkat, diperlukan daya dukung sumber daya alam yang semakin banyak. Banjir, hujan salju yg tebal, dan iklim yg tidak menentu yang saat ini melanda hampir diseluruh dunia,merupakan dampak dari kerusakan lingkungan yg diakibatkan oleh manusia yg merupakan suatu ancaman jika tidak diatasi secara tepat.


Syukurlah manusia masih dianuhgerahkan oleh akal dan pikiran untuk mengupayakan jalan yg terbaik atas kemelut yang mengancamnya. Semoga saja ilmu dan teknologi yg dikembangkan manusia dapat memegang peranan penting untuk menciptakan kehidupan yang berwawasan lingkungan.*

Membangun Tanpa Gas Rumah Kaca?



Hati gundah ketika daerah Sumatra Selatan bangga dijuluki sebagai “lumbung energi” karena berpotensi batubara, minyak, serta gas bumi masing-masing 50% dan 11% dari total cadangan nasional. Sumber energi ini memuat bahan  cemar karbon dioksida, metan, dan nitro dioksida, dikenal sebagai “gas rumah kaca” (GRK) yang mengancam kehidupan manusia. Lebih dari 10 tahun sudah berlangsung pembakaran lahan pertanian, perkebunan, tanah gambut, dan hutan yang melepaskan GRK melalui asap tebal serta melumpuhkan angkutan sungai dan penerbangan setiap tahun. Banyak pengamat lngkungan risau menyaksikan gumpalan zat cemar tahunan membentuk Asian Brown Cloud, awan coklat Asia, menggantung di angkasa.


Klik gambarnya kalau mau lihat lebih jelas lagi J

Sampai sekarang Indonesia masih menggunakan bensin bertimah hitam yang meningkatkan kadar GRK dan merusak kesehatan. Kendaraan yang berlalu lalang tidak mengenal batas usia sehingga menghasilkan kadar GRK tinggi yang mengotori udara. Semula sinar matahari menghasilkan panas bumi yang kembali lepas ke atmosfir dan menyejukkan suhu bumi yang nyaman bagi kehidupan manusia. Sejak revolusi industri, kegiatan industri, transportasi dan energi, pembukaan hutan, lahan ,dan gambut menumpukkan GRK di atmosfir. Muncul “efek rumah kaca” yang menahan radiasi panas bumi sehingga menaikkan suhu bumi. Penumpukan GRK naik tajam dalam ukuran puluhan tahun. Jika laju pertumbuhan GRK ini berlanjut tanpa kendali, maka suhu global akan semakin panas. Suhu global tahun 1990-an lebih panas 0,6 derajat Celcius ketimbang 100 tahun lalu. Bila pola pembangunan tak berubah, suhu global akan naik 1,7-4,5 derajat Celsius tahun 2100.

Suhu bumi yang semakin panas memekarkan air laut. Bongkahan es di kutub utara dan di kutub selatan serta pegunungan salju mencair. Permukaan air laut diperkirakan naik 15-95 cm. Sudah lama pulau Tuvalu, Kiribati, dan Kepulauaan Marshall di Samudera Pasifik tenggelam dimusim hujan sehingga penduduk pindah ke Selandia Baru. Banyak ahli meramalkan “penenggelaman pulau“ akan semakin meningkat di abad ke-21, terutama di samudera Pasifik dan Hindia. Indonesia sendiri menjelang pertengahan abad ke-21 diperkirakan menderita penenggelaman 2.000 pulau kecil dimusim hujan dan peningkatan frekuensi banjir dikawasan pesisir. Dampak naiknya suhu bumi akibat perubahan iklim menyebabkan musim hujan semakin pendek tetapi intensif, sedangkan musim kemarau semakin panjang dan lebih kering. Air permukaan daratan mengering semakin cepat sehingga air semakin langka.

Perubahan suhu menaikkan jenis penyakit berkaitan dengan musim dan udara yang berfluktuasi tajam. Penyakit lama mewabah, seperti flu dan malaria, sedangkan penyakit baru terus meluas. Food and Agriculture Organization (FAO) mengingatkan dampak negatif perubahan iklim pada pertanian akan lebih besar dikawasan tropis ketimbang di kawasan lain. Perubahan iklim akan semakin besar variasinya menjelang 2030 di kawasan tropis sehingga upaya “pengendalian” dampak harus disertai langkah “adaptasi” kehidupan dengan perubahaan iklim. Adaptasi ini dimungkinkan apabila laju perubahan suhu global berlangsung lamban sehingga kehidupan alam dapat menyesuaikan diri dengan kelambanan perubahan iklim.

Karena negara maju merupakan penghasil GRK utama, mereka harus menurunkan pembuangan GRK tahun 2008-2012 ke tingkat pembuangan GRK lima persen dibawah tingkat tahun 1990. Ini memerlukan upaya pertama: menurunkan tingkat pembuangan GRK di tingkat masing-masing negara melalui kebijakan pembangunan tanpa GRK. Kedua, memperluas kapasitas alam menyerap GRK melalui perluasan kawasan hutan dan pengelolaan lahan yang lebih ramah lingkungan. Ketiga, mengembangkan mekanisme global untuk mencapai sasaran yang memungkinkan negara industri “membeli” sejumlah kadar penururan buangan GRK melalui pembangunan proyek ramah lingkungan di negara berkembang. Bank Dunia juga telah menghimpun 800 juta dollar AS “Prototype Carbon Fund” (PCF) untuk membiayai proyek ramah lingkungan di negara berkembang.

Salah satu contoh adalah Indocement Indonesia yang telah menandatangani Emissions Reduction Purchase Agreement dengan bank dunia pada juni 2004. Dengan dana PCF, Indocement membiayai produksi kualitas semen yang hemat energi dan mengganti batubara dengan biomassa. Kebijakan energy diarahkan untuk mengurangi peranan dan proporsi energi tak terbarukan dengan meningkatkan peranan dan proporsi energi terbarukan. Kebijakan pertaniaan beririgasi perlu dijajaki alternatifnya.

Pola pengendalian banjir perlu dikaji ulang untuk tidak membuang air hujan ke laut, tetapi mengusahakan penyerapan dan penampungannya melalui situs dan danau. Ringkasnya kebijakan pembangunan industri, energi, transportasi, dan pembangunan kota diarahkan dalam pengurangan energi penghasil GRK. Sedangkan kebijakan pertanian, pola pengendalian banjir, dan perencanaan penggunaan lahan serta hutan untuk meningkatkan kemampuan alam menyimpan air hujan dan menyerap GRK.                                                                               

Sabtu, 08 Januari 2011

PENGENALAN LONGSOR UNTUK PENANGGULANGAN BENCANA

PROLOG
   Tanah Longsor adalah salah satu bencana alam yang paling merusak pemukiman serta prasarana manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. “Tanah Longsor” merupakan istilah umum, yang mencakup berbagai corak gerakan tanah, longsoran batu, nendatan dan jatuhan batu, yang meluncur ke bawah lantaran pengaruh gaya tarik bumi (gravitasi). Meski bisa saja tanah longsor terjadi berantai dengan gempa bumi,banjir dan letusan gunungapi, namun tanah longsor secara lokal dan terpisah banyak terjadi ketimbang bencana-bencana yang telah disebutkan diatas. Bahkan dalam jangka waktu tertentu menyebabkan lebih banyak kerugian dibanding bencana-bencana lain itu.   

FENOMENA PENYEBAB TANAH LONGSOR
   Tanah longsor terjadi karena adanya perubahan-perubahan secara tiba-tiba ataupun perlahan-lahan / bertahap dalam komposisi, struktur, daur hidrologi atau kondisi vegetasi disuatu lereng. Perubahan-perubahan itu bisa terjadi karena : (1) Getaran-getaran bumi karena gempa, peledakan (bom, dll.), mesin-mesin, lalu-lintas dan guntur / petir. Sebagian besar kelongsoran yang paling parah akibatnya dipicu oleh gempa bumi. (2) Perubahan-perubahan kadar air dalam tanah akibat hujan lebat atau kenaikan ketinggian permukaan air. (3)Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang bisa terjadi akibat erosi, proses pelongsoran terdahulu, pembangunan, penggalian, penggundulan atau lenyapnya tumbuh-tumbuhan yang semula akarnya mengikat tanah. (4) Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh hujan deras, salju, penumpukan batu-batu lepas atau bahan-bahan yang dimuntahkan gunungapi, bangunan, sampah / limbah, tanaman. (5) Pengairan atau tindakan fisik / kimiawi lainnya yang dapat merunkan kekuatan tanah dan bebatuan setelah jangka waktu tertentu. Di kawasan perkotaan pun kadang terjasi longsoran, namun lebih sering diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri, atara lain : (1) Pemotongan / pembelokan arah aliran air alamiah dan rekayasa yang menyebabkan perubahan kandungan air. (2) Pembangunan baru yang melibatkan metoda – metoda ‘tambal-sulam’, sehingga kestabilan lereng terganggung.   

CIRI-CIRI UMUM TANAH LONGSOR   
   Biasanya tanah longsor terjadi sebagai dampak sekunder dari hujan badai yang lebat, gempa bumi serta letusan gunungapi. Bahan-bahan yang membentuk tanah longsor terbagi menjadi dua jenis lapisan batu atau lapisan tanah (yang terdiri atas tanah dan berbagai sisa bahan organik). Berdasarkan corak gerakannya,tanah longsor bisa digolong-golongkan menjadi :  

Guguran / runtuhan. Suatu guguran atau runtuhan adalah jatuhanya sejumlah bebtuan atau bahan lain ke arah bawah dengan gerakan meluncur turun atau melenting di udara. Ini umum terjadi disepanjang jalan atau jalur kereta api ayang kanan-kirinya bertebing curam, atau tebing-tebing karang rendah di wilayah pantai. Tebing batu / tanah yang besar dan rapuh bisa menyebabkan kerusakan besar bila runtuh atau gugur.  

Longsoran / luncuran sejumlah besar bahan. Bila guguran hanya meluncurkan sejumlah kecil bahan dari permukaan yang lebih tinggi (hanya rontokan saja), longsoran atau luncuran besar ini melibatkan sejumlah besar bahan yang tadinya membentuk permukaan lebih tinggi itu, yang tergelontor ke bawah. Ini terjadi akibat lapuk atau rapuhnya suatu bagian (atau beberapa bagian) dari permukaan yang lebih tinggi. Longsoran bisa jatuh ke bawah dalam keadaan utuh, bisa juga lebur berkeping-keping.  

Robohan. Sesuatu roboh lantaran posisi semula yang membuatnya berdiri mantap mengalalmi perubahan sehingga kedudukannya goyah dan jatuh. Dalam kasus suatu tebing, keambrukan terjadi akibat gaya-gaya rotasi yang memindahkan posisi bebatuan. Lantaran perubahan ini,batuan mungkin tedorong ke posisi tidak stabil di pucuk tebing. Keseimbangan hanya bertumpu pada sudut tertentu yang masih terpijak. Bila terdapat pemicu yang menyebabkan titik tumpu itu berubahan, maka tubuh batuan akan “ terdorong” ke depan dan berjatuhan kedataran dibawahnya. Batu-batu yang jatuh dalam proses ini hanya sedikit, hanya yang terletak di posisi genting saja di pucuk tebing. Robohan ini tidak memerlukan banyak gerakan dan tak harus menyebabkan guguran atau longsoran batu.  

Persebaran Lateral Bongkah-bongkah tanah yang berukuran besar menybar melintang (horizontal) dengan retaknya pusatnya semula. Sebaran lateral biasanya terjadi di lereng-lereng landai,biasanya kurang dari 6 persen dan umumnya menyebar sampai 3-5 meter (biasanya mencapai 30-50 meter bila kondisinya memungkinkan). Mula-mula biasanya terjadi patahan / sesar dari dalam, membentuk banyak rekahan di permukaan. Ini bisa terjadi lantaran pelarutan tanah (misalnya akibat gempa). Pada saat Alaska diguncang gempa tahun 1964, lebih dari 200 jembatan rusak atau hancur akibat persebaran lateral delta-delta yang terbuat dari endapan banjir terdahulu.  

Aliran rombakan Aliran tanah dan bebatuan yang longsor ini menyerupai cairan kental, kadang bergerak sangat cepat, dan bisa menjangkau beberapa kolimeter. Biasanya terjadi setelah hujan lebat, meskipun air tidak selalu diperlukan untuk menyebabkan aliran ini. Aliran lumpur sedikitnya 50% di antaranya berupa pasir. Lempung dan endapan. Bila lumpur mengalir dari letusan gunungapi, namanya lahar, yakni bahan-bahan letusan yang tetimbun di lereng-lereng dan mendingin, tergelincir turun akibat hujan deras, pelelehan salju / es yang mendadak atau luapan air danau. Aliran limbah murni terdiri atas tanah, batuan dan sisa-sisa jasad organik, berpadu dengan udara dan air umumnya terjadi di selokan-selokan atau pematang-pematang curam. Aliran rayapan terjadi jika tanah atau bebatuan terkikis dan mengalir pelan-pelan, hampir tak nampak perubahannya. Meski begitu dalam jangka panjang rayapan ini bisa juga menyebabkan tiang-tiang listrik, telpon dan lain-lain ambruk meluncur ke bawah.   

MERAMALKAN TERJADINYA LONGSORAN  
     Kecepatan gerak tanah longsor bermacam-macam antara yang sangat perlahan (kurang dari 6 centimeter per tahun) hingga yang luar biasa cepatnya (lebih dari 3 meter per detik). Lantaran inilah barangkali kemampuan kita untuk melacak gejala dan meramalkannya pun berbeda-beda. Bila yang dimaksud adalah ramalan akurat dan pasti sangat sulit dibuat. Kapan dan seberapa besar daya kelongsoran akan sulit diperkirakan sekalipun adanya situasi pemicu yang kuat ramalan akan terjadi hujan lebat, adanya kegiatan seismik dsb. Berpadu dengan pengamatan kelongsoran tanah – mungkain bisa menjadi panduan memperkirakan kemungkinan waktu (secara garis besar) dan dampak-dampak yang mungkin timbul.Untuk memperkirakan terjadinya kelongsoran diperlukan data-data geologi (hejadian struktur, kandungan dan proses perkembangan bumi) geomorfologi (kajian tentang bentuk-bentuk permukaan tanah) hidrologi (hajian tentang daur peredaran air) dan flora didaerah tertentu.   
     Data Geologis Ada dua aspek geologis yang penting artinya untuk menilai kestabilan tanah dan meramalkan terjadinya kelongsoran : (1) Litologi – kajian tentang ciri-ciri batuan – kandungannnya, tampilan permukaan / teksturnya atau berbagai ciri lain – yang akan mempengaruhi pembawaan batu itu. Semua ciri akan menentukan kekuatan, daya bentuk, kepekaan terhadap bahan kimia dan pengolahan fisik, serta berbagai faktor penentu kestabilan lereng. (2) Struktur batuan dan tanah – tampilan – tampilan struktural yang mungkin mempengaruhi kestabilannya, termasuk urutan dan  corak lapisan, perubahan-perubahan litologis, bentangan-bentangan titik-titik pertemuan / persendian antar bagian, patahan / sesar dan lipatan.  


     Geomorfologis Data geomorfologis terpenting utnuk membantu meramalkan tanah longsor adalah sejarah kelongsoran tanah di daerah yang teliti. Faktor-faktor penting lainnya mencakup kemiringan / kecuraman sehubungan dengan kekuatan bahan-bahan yang membentuknya serta aspek arah itu dan bentuk kemiringannya.  

      Hidrologis dan Klimatologis Kajian tentang smber, gerakan, jumlah dan tekanan air di daerah itu harus dilakukan. Demikian pula cuaca (khusus, jangka pendek) dan iklim (umum,jangka panjang) perlu dikaji. Pola-pola iklim bertemu corak-corak tanah bisa menimbulkan berbagai jenis kelongsoran yang berbeda-beda. Umpamanya musim hujan di daerah tropis seperti Indonesia dapat menyebabkan aliran batu, tanah dan limbah organik dalam jumlah besar.  Flora Tanaman-tanaman yang menumbuhi lereng bisa menyumbangkan pengaruh positif atau justru sebaliknya negatif terhadap ketangguhan lereng itu. Akar-akar tumbuhan mungkin akan menahan air dan meningaktkan ketahanan tanah namun bisa juga malah memperlebar patahan / sesar-patahan / sesar batu dan mendorong masuknya air yang menyebabkan pencairan dan pelongsoran.  

FAKTOR RESIKO
     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerawanan Menghadapi Risiko Kelongsoran Pemukiman manusia akan dihadang risiko besar untuk menderita kerusakan cukup parah akibat tanah longsor bila di bangun di daerah-daerah berikut : Lereng curam, Tanah rapuh, Pucuk tebing, Lembah dikaki lereng curam / tebing, Delta lempung / pasir / endapan arus, Mulut aliran air dari lembah pegunungan. Jalan dan jalur komunikasi melalui pegunungan juga dalam bahaya bila terjadi tanah longsor. Kebanyakan corak kelongsoran merusak bangunan, meskipun pondasi bangunan sudah diperkuat. Kerusakan yang parah mungkin akan menimpa unsur-unsur prasarana yang berada di bawah tanah misalnya jaringan kabel atau pipa.   

DAMPAK-DAMPAK AKIBAT KELONGSORAN  
     Kerusakan fisik Apapun yang berada di puncak atau jalur longsoran akan mengakibatkan kerusakan parah atau bahkan hancur total. Timbunan bebatuan mungkin akan merusak jalur komunikasi dan menutup jalan raya. Saluran air juga bisa tersumbat sehingga ada risiko air meluap dan banjir. Barangkali kerusakan hanya di sekitar terjadinya bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunungapi. Selain itu banyak dampak merugikan yang bersifat tak langsung : (1) Bila longsor mengubur daerah pertanian atau hutan, produktifitas pertanian / kehutanan lenyap atau terganggu. (2) Nilai jasa lahan setempat anjlok dan penerimaan pajak negara akan berkurang akibat kemerosotan itu. (3) Dampak-dampak parah terhadap mutu air di sumber yang mengalir serta prasarana pengairan. (4) Dampak-dampak fisik sekunder misalnya banjir.  

Korban manusia Dalam bencana tanah longsor, korban tewas biasanya berasal dari pemukiman penduduk yang terletak di daerah rawan. Mereka meninggal akibat runtuhnya bangunan dan terkubur bahan-bahan yang dibawa tanah longsor itu. Di seluruh dunia sekitar 600 kematian per tahun terjadi akibat bencana ini terutama dilingkaran Pasifik. Di Amerika Serikat saja di perkirakan 25 jiwa melayang tiap tahun akibat kelongsoran lebih besar dibanding tingakt kematian akibat gempa. Longsoran besar dapat menyebabkan jumlah korban tewas lebih besar lagi, seperti tanah longsor di lereng-lereng Huascaran, Peru, akibat gempa bumi tahun 1970yang memakan korban lebih dari 18.000 orang. Apapun yang terletak di atas atau di jalur longsor akan mengalami kerusakan parah,bahkan kehanguran menyeluruh akibat bencana ini. 

LANGKAH-LANGKAH PEMINIMALAN RESIKO
Penyusunan peta daerah-daerah rawan longsor. Penerapan langkah-langkah peminimalan resiko akibat kelongsoran harus didahului dengan penelitian penentuan lokasi rawan longsor. Dengan bekal petaini para perencana pembangunan bisa menentukan tingkat resiko dan membuat keputusan-keputusan yang berkenaan dengan upaya menghindari, mencegah atau menanggulangi kelongsoran yang sudah maupun yang akan terjadi. Telah tersedia teknik-teknik akurat bagi para perencana untuk memetakkan daerah-daerah rawan longsor ini. Teknik-teknik itu bersandar pada sejarah kelongsoran di masa lalu, peta-peta topografis (tinggi rendahnya permukaan bumi) data litgrafis ( lapisan batu) dan foto-foto dari udara. Berbagai corak tata pemetaan bisa digunakan. Peta ini dapat disisipi data tambahan misalnya tentang jarak lokasi dari zona-zona gempa, sungai bawah tanah atau saluran air mana yang rusak. Di Prancis telah disusun rencana yang dinamakan Zona-zona Rawan Resiko Gerakan Tanah dan Batuan (Zones Exposed to risks of Movements of the Soil and Subsoil/ZERMOSI). Hasilnya adalah peta-peta daerah rawan dengan skala 1 : 25.000 atau lebih besar lagi yang dipakai sebagai alat perencanaan upaya penanggulangan bencana tanah longsor. Peta-peta itu memuat data tentang derajat resiko tiap jenis kelongsoran termasuk kegiatan,tingkat dan dampak potensialnya     Pengaturan penggunaan tanah. Cara paling efektif untuk meminimalkan dampak tanah longsor adalah dengan mengatur lokasi pembangunan di tanah yang stabil dan memanfaatkan daerah-daerah rawan longsor sebagai lahan-lahan kosong terbuka, atau sebagai tempat kegiatan dengan intensitas rendah (taman, padang penggembalaan,dsb). Kendali penggunaan tanah hendaknya dilakukan untuk mencegah pemakaian daerah-daerah rawan sebagai lokasi pemukiman ataupun tempat prasarana penting. Kontrol agraria inipun dapat melibatkan upaya pemindahan penduduk yang terlanjur menempati wilayah-wilayah rawan khususnyajika ada lokasi lain yang lebih aman. Kalaupun dikeluarkan izin pemakaian hak guna tanah atau pendirian bangunan di sana harus ada pembatasan tentang jenis dan jumlah bangunan yang boleh didirikan. Kegiatan-kegiatan yang bisa memicu kelongsoran harus dilarang. Jika kebutuhan akan tanah atau lahan sangat mendesak barangkali bisa dibenarkan dilakukannya usaha rekayasa penstabilan tanah meski biayanya sangat besar. Cara paling efektif untuk meminimalkan resiko terkena dampak tanah longsor adalah membangun di tanah yang stabil dan memanfaatkan tanah di daerah-daerah rawan sebagai taman,lapangan terbuka, atau padang penggembalaan yang berarti kegiatan-kegiatan berintensitas rendah,jangan dipakai lokasi pemukiman atau pembangunan  prasarana-prasarana vital.  
  
      Perombakan / perubahan Struktural Penguatan bangunan-bangunan dan prasarana yang sudah ada menurut banyak pakar bukan piihan yang baik untuk penanggulangan bencana tanah longsor.  Alasan mereka kerentanan struktur bangunan yang berada dijalur longsoran hampir bisa dipastika, peluang rusak atau hancur nyaris 100%. Karena itu harus diutamakan pilihan-pilihan penanggulangan lainnya., yang bergantung kepada : (1) Nilai lahan atau struktur bangunan itu dibanding dengan biaya langkah-langkah perlindungannya. (2) Kesempatan-kesempatan utnuk memnerapkan peraturan penggunaan tanah dan ketersediaan lokasi-lokasi alternatif. (3) Jumlah orang yang terimabs langkah-langkah itu. (4) Skala kerugian yang diperkitakan akan menimpa. (5) Langkah-langkah perbaikan dan perlindungan dapat ditambahkan pada lahan itu sendiri misalnya perbaikan sistem pengairan tanah (penambahan bahan-bahan yang cukup mampu mengikuti perubahan alur tanah) dan perombakan kemiringan tanah (pengurangan kemirngan yang curam, sebelum mulai dilakukan pembangunan di sana). Dinding-dinding beton yang kuat mungkin dapat menstabilkan lokasi-lokasi bangunan. Bisa juga dipertimbangkan rekayasa-rekayasa teknik berskala besar. Kerentanan bangunan yang didirikan di atas jalur kelongsoran hampir 100%. 


Kamis, 07 Oktober 2010

Cara Menggiring Percakapan

Ada beberapa teknik yang bisa membuat percakapan lebih hidup dan bisa dinikmati oleh semua yang terlibat:


1 .Pililihlah Topik yang Dapat Melibatkan Semua Orang

    Akan lebih baik memulainya dengan hal seperti itu daripada dengan topik-topik berat seperti politik, bila yang hadir disitu bukan orang-orang yang suka politik.

2. Mintalah Pendapat

    Jangan hanya memberikaan pendapat anda sendiri. Anda akan dikenang sebagai pembicara yang baik jika     anda meminta pendapat orang lain di sekitar anda.

3. Bantulah Orang yang Paling Pemalu Dalam Kelompok.
    Selau sadar akan perlunya megajak tamu di kanan kiri untuk ikut serta dalam pembicaraan, khususnya mereka yang tampak enggan ikut bergabung.

4. Jangan Memonopoli Percakapan
    Bahaya besar dalam percakapan dalam pergaulan sehari-hari adalah terlalu asyik sendiri sampai anda memonopoli percakapan. Akibatnya justru fatal: Anda tak akan dianggap sebagai seorang konversasionalis berbakat, tapi orang yang menyabalkan.

5. Memancing Pendapat
    Pertanyaan - pertanyaan yang dapat memancing pendapt sangat efektif untuk mulai percakapan dalam lingkungan sosial atau untuk memecahkan keheningan.
   - " Bagaimana jika Presiden SBY jadi pergi ke Belanda? Akankah kelompok RMS menangkapnya?
   - " Bagaimana jika hukuman mati diberikan Pemerintah kepada para Koruptor,akankah mereka jera seperti yang dilakukan oleh Pemerintah China?
   Pertanyaan seperti ini dapat anda gunakan dalam memancing pendapat lawan bicara anda.